Kamis, 11 Juni 2015

10 Langkah Menuju Ramadhan

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)
Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.
2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.
3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.
4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.
5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]
6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.
7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]
8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.
9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:
· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.
· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.
10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/08/21/226/sepuluh-langkah-menyambut-ramadhan/#ixzz3clWQIPlT 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Minggu, 17 Mei 2015

Sekelumit Fakta Pemusnahan Muslim di Burma_Rohingya


Image result for kejadian rohingya

 – Pembantaian dan kekejian lainnya terhadap Muslim Rohingya di Burma (Myanmar)-terutama di Arakan-sebenarnya bukan pertama kalinya di tahun ini, namun dimulai pertengahan tahun ini penindasan terhadap Muslim di Arakan meningkat tajam hingga mengejutkan mata dunia.
Selama ini, media Islam-lah yang berusaha untuk mengungkap tragedi berdarah yang menimpa umat Islam di Burma disaat media internasional ‘kelas atas’ pada umumnya bungkam, sehingga banyak orang di dunia tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya terhadap Muslim Rohingya. Namun, fakta-fakta yang dipaparkan selama ini oleh media Islam masih saja menghadapi berbagai hujatan dan kritikan dari orang-orang yang ragu, meskipun sumbernya dari mereka yang memiliki koneksi  langsung ke Muslim Rohingya di Arakan. Terlebih lagi, beredarnya beberapa foto-foto hoax tentang genosida Muslim Rohingya baru-baru ini juga dijadikan alasan sebagian orang untuk tidak mempercayai fakta yang ada. Walaupun begitu, fakta tetaplah fakta, yang pasti akan terungkap meskipun disembunyikan dan meskipun banyak orang yang meragukan.
Berikut ini adalah sebuah pemaparan fakta terkait genosida atau upaya pembersihan etnis Muslim Rohingya di Burma yang ditulis dan dipublikasikan oleh salah satu media jihadGlobal Islamic Media Front, yang diterjemahkan oleh tim Maktabah Jahizuna, berdasarkan laporan kredibel dari tempat kejadian, untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya terjadi dan bantahan bagi orang-orang yang meragukan genosida ini dan bahwa kerusuhan etnis ini bukan dipicu oleh kaum Muslimin.
***
Sebab Awal Pembantaian ini?
Pembantaian ini di awali dari fitnah yang disebarkan oleh orang-orang Budha Rakhine terhadap minoritas Muslim Rohingnya. Dimana dikatakan bahwa tiga pemuda Muslim telah membunuh dan memperkosa seorang wanita berusia 26 tahun. Tentu saja semua itu bohong. Dimana sebenarnya perempuan itu diperkosa dan dibunuh oleh pacarnya bersama beberapa gang pemuda Budha Rakhine. Peristiwa pembunuhan itu di awali ketika sang gadis ingin “putus” dengan sang pacar dikarenakan dia jatuh hati pada laki-laki lain. Maka sang laki-laki pun berusaha membujuk agar tidak putus. Namun ternyata ditolak, maka sang mantan pacar ini marah dan kemudian mengajak dua temannya untuk membalas dendam dengan memperkosa dan membunuh sang gadis.
Lalu para pembunuh itu meletakkan mayat gadis itu di dekat desa Muslim. Kemudian orang-orang Budha Rakhine dan Quaffer Burma (Otoritas Myanmar) menuduh bahwa orang-orang Muslim membunuh perempuan itu. Akibatnya, tiga pemuda Muslim yang tidak bersalah ditangkap. Satu dipukuli hingga tewas dan dua lainnya dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan. Inilah fakta yang ditunjukkan oleh Pemerintah Budha Burma kepada dunia, bahwa mereka berani menciptakan peristiwa dan kasus palsu hanya untuk mencari kesempatan membunuh Umat Islam Rohingnya.
Situasi Muslim Rohingya Sebelum Awal Genosida ini
Beberapa bulan sebelumnya, para ekstrimis Budha Rakhine dan Xenophobia, mereka banyak membuat propaganda-propaganda anti Muslim Rohingnya. Dan semua itu direlease baik di dalam maupun di luar Burma. Dengan mengusung slogan lama yakni “Rohingnya (sebutan untuk Muslim di sana -pent) bukanlah orang Burma, mereka adalah imigran gelap dari Bangladesh”. Dengan maksud untuk memusnahkan dan mengusir Kaum Muslimin di sana.
Propaganda Anti Rohingnya
Anehnya, seluruh kejadian yang ada (protes dan sebagainya -pent) seperti telah diorganisir dan seluruh kejadian yang terjadi sesuai dengan statemen dan skema yang pernah dikeluarkan oleh beberapa Menteri dan Pihak Pemerintah yang berkuasa.
Bagaimana Pembantaian itu Dimulai dan Apa Yang Terjadi Setelah itu?
Pada tanggal 3 Juni 2012, Rombongan Jemaah Muslim Rangoon yang baru kembali dari pengajian dan wisata rohani di Masjid Thetsa di daerah Thandwe di Negara bagian Arakan Selatan. Para Jamaah mengendarai bus yang menuju daerah Rangoon, namun di tengah perjalanan mereka dihadang oleh massa Budha Rakhine di kota Taungup di Negara Arakan bagian selatan. Lalu tiba-tiba massa mengamuk dan berusaha membunuh semua penumpang. Dimana seorang pemandu, kernet dan seorang wanita meninggal. Lalu di pihak Jemaah 8 orang Jemaah tewas. Dan lima Jamaah lainnya dapat melarikan diri dengan selamat.
Para korban Jamaah Muslim
Kejadian ini terjadi di depan Kantor Imigrasi. Pada mulanya gerombolan Teroris Budha Rakhine itu menghentikan bus naas yang berplat nomor 7 (GA) 7868 ini. Mereka menghentikan bus tepat di depan gerbang Imigrasi. Sembari membawa senjata mereka menurunkan semua penumpang bus dan berteriak, “Turun semua, kami mencari orang-orang asing !!!” (sebutan untuk kaum Muslimin Rohingnya, yang tidak dianggap sebagai Warga Negara Burma –pent).
Lalu pemandu jalan dan beberapa penumpang bus turun dan meminta agar massa teroris itu tidak melakukan hal-hal yang berbahaya terhadap seluruh penumpang. Namun para teroris itu tidak menghiraukan mereka dan memasuki bus secara paksa, lalu berteriak pada para penumpang bahwa mereka mencari “orang-orang asing”. Kemudian mereka mulai memukuli dan menyeret para Jamaah Muslim turun ke jalanan. Para teroris Rakhine yang berjumlah sekitar 300 orang itupun mengeroyok beberapa Jamaah Muslim hingga tewas. Lalu setelah itu massa teroris itu juga menghancurkan dan membakar bus tersebut.
Anehnya, massa sebelumnya telah berkumpul di depan gerbang kantor Imigrasi pemerintah, namun tidak ada satupun pihak yang berwenang yang berusaha membubarkan mereka sebelumnya. Dan pada saat kejadian itupun tidak terlihat adanya aparat maupun petugas kantor Imigrasi yang berusaha mencegah pembantaian itu.
Para korban adalah Jamaah Muslim
Berdasarkan daftar yang beredar, delapan korban Muslim yang berangkat dari Masjid Tachan Pai ke Tandwe, semuanya berasal dari Burma tengah. Berikut data mereka:
  • Muhammad Sharief @ U Ne Pwe s / o U Ahmed Suban, 58 8/Ta Ka Ta (N) 095548, dari Taung Twin Gyi
  • Muhammad Hanif @ U Maung Ni s / o U kay sufi Pe, 65 8/Ta Ka Ta (N) 095530, dari Taung Twin Gyi
  • Shafield Bai @ U Aye Lwin s / o UA Hpoe Gyi, 52 8/Ta ka Ta (N) 093573, dari Taung Gyi Twin
  • Aslam Bai @ U Aung Myint s / o U Hla Maung, 508/Ta ka Ta (N) 094557, dari Taung Twin Gyi
  • Balai Bai @ Tayzar Myint s / o U Yakub, 288/Ta ka Ta (N) 189815, dari Taung Twin Gyi
  • Shuaib @ Tin Maung Htwe s / o U Tin Oo, 218/Ta ka Ta (N) 231084, dari Taung Twin Gyi
  • Salim Bai @ Aung Kyaw Bo Bo s / o U Tun Tun Zaw, 2614/Ma La Na (N) 231084, dari Myaung Mya
  • Lukman Bai @ Nyi Nyi Zaw Htut s / o U Ibrahim, 3314/Ma La Na (N) 148133, dari Myaung Mya
Dan dua korban lainnya adalah pasangan suami istri dari kota Thandwe, merupakan awak bus. Para korban pun dikuburkan di Tandwe pada malamnya. Lima Jamaah lainnya berhasil melarikan diri dari pembunuhan brutal itu. 
Lalu untuk merayakan hal itu, para teroris Rakhine meludahi dan mengguyur mayat-mayat kaum Muslimin yang tergeletak di tengah jalan itu dengan anggur dan minuman keras. Namun anehnya pula, tidak ada satupun orang yang ditangkap dan tidak ada tindakan hukum terhdapa para pembunuh itu. 
Para korban Muslim dikuburkan di Thandwe pada malam 3 Juni 2012
Para Petugas Keamanan Rakhine Menjarah dan Membakar Seluruh Property Kaum Muslimin Rohingnya Dengan Alasan Uu No. 144
Pemberlakuan UU no. 144 oleh Otoritas Burma, memaksa komunitas Muslim Rohingnya dari Maungdaw tidak dapat keluar dari rumahnya ketika Aparat memasuki area mereka. Namun di sisi lain, orang-orang Rakhine bebas berkeliaran sehingga merekapun dengan bebas menyerang, menjarah dan membunuhi kaum muslimin di sana.
Orang-orang Buddha Rakhine dan personil Keamanan Burma membakar sebuah desa Muslim di malam hari

Para Buddha Rakhine dan keamanan Burma personil membakar sebuah desa Muslim di malam hari
Anehnya personil keamanan Burma itu, malah berusaha melindungi orang-orang Budha Rakhine, ketika mereka sedang mempersiapkan diri untuk membakar rumah penduduk Muslim Rohingnya.
Orang-orang Budha Rakhine dan personil keamanan Burma membakar sebuah desa Muslim di pagi hari

Personil keamanan Burma bersiap menembak kerumunan Muslim Rohingnya



Menurut seorang tetua Maungdaw bahwa Personil keamanan melepaskan tembakan secara memababi buta ke arah kerumunan Muslim Rohingya yang berusaha melindungi harta dan properti mereka.

Pada 8 Juni 2012, Personil Keamanan dan orang-orang Budha Rakhine melakukan penyerangan. Mereka membakar rumah beberapa orang yakni Razak, Lalu dan Syed Ahmad. Lebih dari lima toko pakaian di jarah, dimana total kerugian sekitar 150.000.000 kyat. Satu masjid di desa Sawmawna dihancurkan. Dan lebih dari 200 Muslim Rohingnya terluka.
Pada tanggal 9 Juni 2012, terjadi penyerangan oleh para teroris rasis Budha Rakhine dan Aparat Keamanan, dimana 100 orang tewas dan hampir 500 orang terluka.
Pembantaian Terhadap Kaum Muslim di Arakan Terus Terjadi Meskipun Pihak Tentara Telah Menyatakan Mereka Sudah Mengontrol Situasi yang Ada Sebagian besar kaum Muslimin Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh dari Akyab. Hal ini karena terror dan kekerasan yang terjadi di Negara bagian Arakan tersebut, dimana desa-desa Muslim Rohingnya dibakar dan banyak Muslim Rohingnya yang dibunuh oleh Polisi, Aparat Kemanan dan para teroris Budha. Kaum Muslimin Rohingnya pun berbondong-bondong menuju Bangladesh, yang mana mereka berpikir bahwa Bangladesh adalah Negara Islam, sehingga karena sesame Muslim maka mereka akan di bantu.
Muslim Rohingnya yang meminta perlindungan dari Bangladesh

Muslim Rohingnya yang mencoba memasuki Bangladesh dengan menggunakan perahu, di dorong kembali ke laut
Sayangnya, thaghut murtad Pemerintah Bangladesh dan tentaranya menolak dan melarang Muslim Rohingnya memasuki Bangladesh. Dan jika ada Muslim setempat (Bangladesh) memberi bantuan atau menampung para pengungsi Muslim Rohingnya, maka mereka akan ditangkap dan bagi Muslim Rohingnya maka mereka akan di deportasi.
Tentara Thoghut Bangladesh mendorong Muslim Rohingya kembali ke laut
Semenjak 8 Juni 2012, pihak berwenang Burma baru-baru ini mendirikan sebuah ruang sidang khusus di dalam Kantor Polisi Maungdaw. Seorang Tetua setempat mengatakan, “Pengadilan Khusus itu digunakan untuk Muslim Rohingya yang ditangkap oleh Polisi, Nasaka (Pasukan Keamanan Perbatasan) dan Tentara; dengan tuduhan menciptakan masalah dan kerusuhan di Maungdaw. Tidak ada argumen maupun pembelaan dari terdakwa di Pengadilan Khusus ini. Dimana hakim hanya membaca pernyataan lalu mengirim mereka ke penjara. “
Siapapun tidak bisa menemukan kerabatnya, jika telah ditangkap oleh pihak berwenang. Dan mereka pun tidak mengetahui kapan dan bagaimana kerabatnya itu akan disidang di Pengadilan Khusus itu, kata seorang Politisi Maungdaw. Ini merupakan taktik baru yang dilakukan Otoritas Budha Burma, dalam memperkosa wanita Muslimah Rohingnya. Hal ini membuat tidak ada tempat aman bagi para Muslimah Rohingnya di Maungdaw. Kata seorang Politisi Maungdaw, “Semenjak 8-19 Juni 2012, telah tercatat lebih dari 60 perempuan diperkosa di Maungdaw oleh para Petugas Keamanan – baik itu Polisi, Hluntin (Pasukan Keamanan), Nasaka, dan Tentara- bersama dengan orang-orang Budha Rakhine dan Natala (pemukim baru).” 
Pemerkosaan dan penyerangan itu dilakukan secara licik. Dimana sebelumnya, Pihak berwenang mengajak seluruh laki-laki di wajibkan untuk datang ke pertemuan mereka. Sementara semua orang melakukan pertemuan, Pasukan Keamanan-pun dikirimkan untuk memasuki dan menyerang desa-desa tersebut. Sebagian besar Muslimah Rohingnya yang tinggal di rumah mereka -pun diperkosa oleh Petugas Keamanan bersama orang-orang Budha Rakhine dan Natala. Mereka-pun menghancurkan dan menjarah harta yang ada. Berdasarkan keterangan dari para korban di Paungzarr, mereka menyatakan bahwa, “Pihak Keamanan – Tentara dan Nasaka – memasuki desa pada malam harinya ketika para lelaki mengikuti pertemuan oleh Pihak Berwenang. Para lelaki semuanya keluar menghadiri pertemuan karena takut ditangkap jika tidak berangkat.
Kemudian dengan liciknya Pasukan Keamanan memasuki rumah-rumah, dengan alasan hendak mengecek, adakah keluarganya yang tidak hadir dalam pertemuan itu. Lalu setelah itu merekapun diperkosa dengan keji.”
Muslim tidak dilindungi di Arakan (Maungdaw dan Akyab) oleh pasukan keamanan – baik itu Nasaka, Hluntin, maupun Polisi – yang mana mereka telah menjelma menjadi “kekuatan pembunuh”. Alih-alih mereka melindungi orang-orang yang tidak berdaya, mengendalikan situasi, dan memulihkan hukum dan ketertiban. Malah mereka mengamuk dan membakar desa-desa Muslim dan menembak orang-orang yang berusaha melarikan diri dari rumah-rumah yang terbakar. 
Jam malam yang diberlakukan hanyalah upaya untuk melakukan pembunuhan secara sistematis terhadap Muslim di kota Akyab dan kota Maungdaw. Dimana ketika jam malam tiba, “orang-orang suci Budha” bersama para pengikutnya dari Arakan turun ke jalan-jalan, bersama-sama dengan Pasukan Keamanan. Mereka berjalan menuju ke desa-desa Muslim secara bersama-sama. Sesampai di sana, mereka mulai membanjiri tanah dengan darah Muslim Rohingnya, lalu memerahkan langit dengan api yang membakar desa dan properti kaum Muslimin Rohingnya. Dan membuat malam yang sunyi, penuh dengan teriakan dan ketakutan.
Hasbunalloh Wani’mal Wakil….
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2012/08/03/22150-sekelumit-fakta-tentang-genosida-muslim-rohingya-di-burma.html#sthash.HuhLScc4.dpuf

Jumat, 15 Mei 2015

SECERCA HARAPAN DITENGAH COBAAN

Edisi: Jum'at, 15 Mei 2015/26 Rajab 1436 H
         Pagi-pagi senja dini hari, sudah dihubungi untuk beranjak pergi. Persiapan menuju ke lokasi jaulah LDK Al-Abror STKIP Hamzanwadi Pancor dan LDK Al-Mujahidin IAIH Anjani di mulai. Tepat pukul 8.45 Wita berangkat menuju ke lokasi dan tiba disana 11.00 Wita. Sebelum berjumpa dengan ikhwah disana,  kita tersesat jalan karena tidak ada ikhwan yang tahu secara pasti tempat kegiatan. Tapi akhwat duluan sampai di tempat tujuan. Ikhwan kemudian menelpon : 
Ikwan : afwan ukhti, anti sudah sampai lokasi??
Akwat : na’am akhi, antum sedang dimana sekarang ??
Ikhwan : ana di sebelah masjid, dimana tempat kegiatan??
Akwat : antum kelewatan, tempatnya pertigaan sebelah kanan setelah jembatan. Ana tunggu antum di luar, balik segera.
       Setelah itu, kita balik dan menuju kesana dan diarahkan akhwat menuju lokasi kegiatan. Akhirnya beberapa menit kemudian, kita sampai disana dengan sambutan kehangatan ukhuwah antara sesama, meskipun sebelumnya tak saling kenal, apalagi mengenal. Tapi begitulah kecenderungan dakwah ini, yang telah menyatukan kita dengan aqidah dan syariah. Tak lama kemudian kegiatan di mulai, dengan pembukaan oleh MC dan Tilawatil Qur’an dari ketua LDK Baabul Hikmah. Kata sambutan diawali oleh tuan rumah yang dalam hal ini diwakili oleh akhi habib. Beliau curhat dengan nada terharu biru melihat generasi baru FSLDK Nusra yang sebelumnya generasi lama yang telah berkunjung. Kata yang tersampaikan begitu menyentuh qolbu-qolbu kita yang penuh dengan kisah perjuangan LDK Abror menjelang pembekuan dan pasca pembekuan. Serta menyampaikan bahwa walaupun LDK Abror tinggal kenangan tapi perjuangan tetap ada dan abadi diaktifitas-aktifitas kami. Meskipun dengan nama dan tempat yang berbeda yang kita sering sebut serta telah kita sepakati FORSHIP .
        Sambutan kedua disampaikan oleh PLT FSLDK Nusra Akhi Ojan sapa mesra beliau. Dengan nada semangat penuh dengan hasrat dan kepercayaan beliau berkata-kata yang penuh hikmah dan bijak. Dan kata-kata yang sulit dilupakan adalah “bukan saatnya istirahat” . mantra kata tersebut membuka mata yang kantuk menjadi terbangun. Penglihatan yang mulai remang-remang telah jelas. Hingga semangat yang hilang tumbuh kembali. Akhir Kata, tabiat dakwah ini panjang tidak tahu awal dan ujungnya tapi kita adalah penyambung dakwah untuk keberlanjutan. Bisa saja kita yang menemukan kemenangan dakwah, atau generasi selanjutnya. Oleh karena itu kita harus meninggalkan kebaikan untuk diwariskan dan menjadi amal abadi kita. Karena kita adalah du’at yang istiqomah berada di jalan-Nya (Allah Azza Wajalla).


oleh : Co. Komisi D FSLDK NUSRA

Sabtu, 09 Mei 2015

Aksi Cinta Palestina Milik Kita bersama




















Rabu, 06 Mei 2015

Menjaga Rahasia

Allah ta’ala berfirman:

{وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولاً}

“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra’: 34)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

((إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى الْمَرْأَةِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

“Termasuk orang yang paling jelek di sisi Allah kedudukannya pada hari kiamat yaitu lelaki yang menggauli istrinya dan istrinya menggaulinya, kemudian lelaki itu menyebarkan rahasianya.” (HR. Muslim)
Dan rahasia adalah apa yang terjadi secara sembunyi-sembunyi antara engkau dan temanmu, tidak halal bagimu untuk menyebarkan rahasia ini atau menerangkannya kepada seorangpun, baik dia berkata kepadamu: ‘jangan engkau beritahukan kepada seorangpun’, atau diketahui dari qorinah (indikasi) perbuatan bahwa dia tidak suka untuk diketahui oleh seorangpun, atau diketahui dengan indikasi keadaan bahwa dia tidak suka untuk untuk diketahui oleh seorangpun.
Contoh yang pertama: ucapan, dia berbicara dengan kamu tentang sebuah pembicaraan, kemudian dia berkata: ‘Jangan engkau memberitahu seorangpun.” Rahasia itu bersamamu adalah amanah.
Contoh yang kedua: qorinah (indikasi) perbuatan, dia berbicara kepadamu. Pada saat dia berbicara kepadamu, dia menengok, kawatir ada seorang yang mendengar, karena arti dari dia menoleh bahwa dia tidak suka untuk diketahui oleh seorang pun.
Contoh yang ketiga: qorinah (indikasi) keadaan, perkara yang dia bicarakan atau kabarkan kepadamu ini adalah termasuk perkara yang membuat malu untuk disebutkan atau ditakutkan untuk disebutkan, atau yang semisalnya, maka tidak boleh bagimu untuk memberitahukan dan menyebarkan rahasia ini.
Kemudian penulis -rahimahullah- berdistidlal (mengambil dalil) untuk hal itu dengan firman Allah ta’ala:

{وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولاً}

“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra’: 34)
Maksudnya: bila kalian berjanji atas sesuatu dengan lisanul hal (perbuatan yang menunjukkan kepada hal itu) atau dengan lisanul maqol (perkataan), maka wajib atas kalian untuk memenuhi perjanjian. Dan termasuk dari perjanjian syarat-syarat yang terjadi di antara manusia dalam jual beli, ijarah (pengupahan), isti’jar (penyewaan), rahn (gadai) dan lainnya. Maka sesungguhnya syarat-syarat ini termasuk perjanjian.
Demikian juga perjanjian yang berlangsung antara kaum muslimin dan orang-orang kafir, maka wajib atas kaum muslimin untuk memenuhinya. Dan perjanjian-perjanjian dari orang-orang kafir, telah Allah jelaskan dalam Surat At-Taubah bahwa mereka terbagi menjadi tiga jenis:
Jenis pertama: terus menerus mereka memenuhi janji, dan mereka ini, wajib kita untuk memenuhi perjanjian dengan mereka.
Jenis kedua: mereka membatalkan perjanjian. Mereka ini, tidak ada perjanjian antara kita dan mereka, karena mereka membatalkan perjanjian. Allah berfirman:

{أَلاَ تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}

“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (At-Taubah: 13)
Jenis ketiga: mereka tidak membatalkan perjanjian dan tidak jelas bagi kita bahwa mereka terus memenuhi perjanjian itu, bahkan kita kawatir mereka mengkhianati dan membatalkan perjanjian. Mereka inilah yang dikatakan Allah tentang mereka:

{وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْخَائِنِينَ}

“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. ” (Al-Anfal: 58)
Maksudnya: katakan kepada mereka: “Tidak ada perjanjian antara kami dan kalian sampai urusannya jelas.”
Intinya bahwa seluruh apa yang disyaratkan antara manusia, maka itu sesungguhnya termasuk perkara yang diperjanjikan. Di antara hal itu kewajiban para pegawai untuk menunaikan pekerjaan mereka, karena seorang pegawai harus berpegang dengan syarat-syarat yang diajukan oleh pemerintah atas para pegawai, berupa hadir pada awal waktu dan tidak keluar kecuali setelah selesai waktu, tulus dalam bekerja, dan yang semisal hal itu dari perkara yang dikenal dalam kantor pelayanan.
Maka yang wajib adalah untuk memenuhi perjanjian-perjanjian ini, jika tidak maka tinggalkan tugas dan engkau bebas dalam apa yang kamu lakukan, karena tugas, engkau tidak terikat dengannya. Bahkan engkaulah yang melakukan dan menugaskan. Maka wajib engkau untuk memegangi konsekuensi syarat-syarat tugas pekerjaan ini dari segala sesuatu. Jika tidak maka tinggalkan tugas pekerjaan itu dan jadilah orang yang bebas sesuai yang engkau kehendaki, dan tidak ada seorang pun yang akan meminta pertanggung jawaban kamu kecuali Allah ‘azza wa jalla.
Kemudian penulis menyebutkan hadits Abi Sa’id Al-Khudi radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
“Termasuk orang yang paling jelek di sisi Allah kedudukannya pada hari kiamat.”
(أَشَرّ) adalah satu lughoh (dialek) yang jarang dipakai, karena lughoh (dialek) yang banyak dipakai menghapus huruf hamzah. Maka (خَيْر) dan (شَرّ), kebanyakan lughoh (dialek) menghapus huruf hamzah pada keduanya. Maka tidak dinyatakan (أَخْيَر), dan tidak juga (أَشَرّ) melainkan sedikit. Namun hanya dinyatakan (خَيْر) dan (شَرّ).
Allah ta’ala berfirman:
{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُّسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلاً }

“Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. ” (Al-Furqan: 24)
Dan Allah ta’ala berfirman:

{فَسَيَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَّكَانًا وَأَضْعَفُ جُنْدًا}

“Mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya” (Maryam: 75)
dihapus hamzah untuk (خَيْر) dan (شَرّ), namun penyebutannya (dengan hamzah) datang kadang-kadang berlandaskan sesuai asalnya.
Di sini “Termasuk orang yang paling jelek di sisi Allah kedudukannya pada hari kiamat yaitu lelaki yang menggauli seorang wanita dan wanita itu menggaulinya,” maksud dengan hal itu adalah istrinya, kemudian dia menyebarkan rahasia istrinya itu, atau si istri juga menyebarkan rahasia suaminya. Lelaki itu berkata: “Aku melakukan dengan istriku malam tadi demikian dan aku berbuat demikian”. Kita berlindung kepada Allah (dari hal itu). Maka orang yang tidak menyaksikan kejadian itu seakan menyaksikannya, seakan-akan orang itu berada antara suami istri itu di ranjang. Kita berlindung kepada Allah (dari hal itu). Si suami memberitahu orang itu dengan sesuatu rahasia yang istrinya tidak suka untuk diketahui oleh seorang pun.
Atau si istri demikian juga, dia memberitahukan kepada para wanita bahwa suaminya melakukan demikian demikian dengan dia. Semua ini haram tidak boleh. Dan dia termasuk orang yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat.
Yang wajib urusan-urusan rahasia di dalam rumah tangga dan di ranjang dan di selainnya agar dijaga, agar tidak diketahui seorang pun selamanya. Sesungguhnya barangsiapa yang menjaga rahasia saudaranya, Allah akan menjaga rahasianya. Dan balasan itu sesuai dengan perbuatannya.
Dari Anas pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewatinya saat Anas bermain dengan anak-anak kecil. Kemudian beliau memberi salam kepada mereka, maksudnya memberi salam kepada anak-anak pada saat mereka bermain-main, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sehingga biasa beliau melewati anak-anak kemudian beliau memberi salam kepada mereka. Kemudian beliau memanggil Anas dan mengutusnya dalam sebuah kebutuhan.
Sampai Anas pulang terlambat ke ibunya. Ibunya adalah Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah. Ketika Anas datang kepada ibunya, ibunya bertanya: “Apa yang membuatmu terlambat?” Dia menjawab: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimku dalam sebuah kebutuhan”. Maksudnya: beliau mengutusku dengan sebuah kebutuhan. Ibunya pun bertanya: “Apa kebutuhan beliau?” Anas menjawab: “Aku tidak akan memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka ibunya berkata: “Engkau janganlah memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seorangpun.”
Kemudian Anas berkata kepada Tsabit -Tsabit ini selalu menyertai Anas-: “Kalau aku memberitahukan kepada seseorang tentang rahasia itu, sungguh aku akan mengabarimu.” Yaitu tentang kebutuhan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Anas dengannya.
Dalam hadits ini ada banyak faedah:
Pertama: Baiknya akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ketawadhuannya yang sangat. Beliau dengan kemuliaan dan kedudukan serta martabat beliau di sisi Allah dan di sisi makhluk, beliau tawadhu’ sampai memberi salam kepada anak-anak pada saat mereka bermain-main di pasar. Siapakah di antara kita yang melakukan demikian selain orang yang dikehendaki Allah.
Kedua: termasuk faedah hadits ini bahwa disunnahkan seseorang agar dia memberi salam pada orang yang dia lewati, meskipun anak-anak. Karena salam adalah sebuah doa yang engkau mendoakan kebaikan kepada saudaramu dengannya. Engkau berkata: “Assalamu ‘alaika (Semoga keselamatan atasmu).” Dan balasan dia adalah doa kepada Allah, dia berkata: “‘alaikas salam (semoga atasmu keselamatan).” Dan karena kamu jika memberi salam kepada anak-anak, engkau membiasakan mereka dengan tarbiyah (pengajaran) yang baik, hingga mereka tumbuh dan hidup di atasnya, dan engkau mendapat pahala dalam setiap perkara yang mereka mendapat petunjuk, bahkan dalam salam itu, maka setiap perkara kebaikan yang manusia mendapatkan petunjuk dalam masalah itu denganmu, engkau akan mendapatkan pahala di dalamnya.
Ketiga: bolehnya mengirim anak kecil dengan sebuah kebutuhan dengan syarat anak kecil itu bisa dipercaya. Sedangkan jika dia tidak bisa dipercaya dan anak kecil itu banyak bermain dan tidak peduli dengan kebutuhan-kebutuhan, maka engkau tidak bisa mempercayainya.
Keempat: apa yang disebutkan oleh para ahli fikih -rahimahumullah- bahwa anak kecil jika datang kepadamu dengan sebuah kebutuhan, dan dia berkata: “Ini dari bapakku, ini dari ibuku”, dan yang semisalnya, maka engkau berhak menerimanya, meskipun anak ini sendiri tidak kuasa untuk bersedekah dari hartanya sedikitpun. Namun jika dia sebagai orang yang diutus, dan dia berkata: “Ini dari bapakku”, misalnya dia membawa kurma, dia membawa semangka, atau membawa sebuah pakaian, dengan apapun. Jika dia datang kepadamu maka terimalah hal itu, dan janganlah engkau berkata: “Ini anak kecil, mungkin dia mencurinya, kadang demikian, kadang demikian”, dengan menilai secara zhahir.
Kelima: memelihara ibu dan keluarga, bahwa seseorang jika ingin memenuhi kebutuhan dan kawatir dia terlambat, hendaknya dia mengabarkan keluarga jika kebutuhan itu tidak terluputkan dengan hal itu. Maksudnya: jika engkau keluar dari keluargamu, sepantasnya engkau berkata: “Aku keluar ke arah ini”, hingga mereka merasa tenang dan hati mereka tidak tersibukkan. Dan seseorang itu tidak mengetahui, kadang dia pergi ke arah ini dan dia ditimpa dengan sebuah kejadian atau sakit atau yang lainnya. Jika hal itu tidak diketahui, maka perkaranya akan menjadi tidak jelas di sisi keluarganya. Maka sepantasnya jika engkau ingin pergi ke suatu tempat yang tidak biasa, hendaklah engkau memberitahu mereka dengan arah pergimu. Adapun tempat yang biasanya seperti keluar ke masjid dan yang semisalnya, maka tidak apa-apa.
Misalnya: Jika engkau ingin pergi ke suatu negeri yang dekat dengan negerimu, engkau mengatakan kepada mereka: “Hari ini aku akan pergi ke tempat ini”, atau engkau ingin pergi rekreasi, maka katakan: “Aku akan pergi rekreasi hari ini.” Maka engkau mengabari mereka agar mereka merasa tenang.
Keenam: tidak boleh seseorang untuk menampakkan rahasia seseorang walaupun kepada ibu dan bapaknya.
Kalau seseorang mengutusmu dalam sebuah kebutuhan, kemudian bapakmu bertanya kepadamu: “Dengan perkara apa dia mengutusmu?” Janganlah engkau memberitahu dia, meskipun dia adalah bapakmu. Atau ibumu bertanya: “Dengan perkara apa dia mengutusmu?” Janganlah engkau memberitahukan kepadanya, meskipun dia ibumu, karena ini termasuk rahasia manusia, dan tidak boleh untuk menampakkannya kepada seorang pun.
Ketujuh: baiknya pengajaran Ummu Sulaim kepada anaknya, ketika dia berkata: “Engkau janganlah memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Dia mengatakan demikian kepada Anas -padahal dia Anas tidak memberitahukan kepada ibunya dan tidak mengabarkan kepada selain ibunya- sebagai penguatan dan pengokohan untuk Anas dan memberikan udzur untuk Anas, karena Anas tidak mau memberitahu ibunya tentang rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya berkata: “Engkau janganlah memberitahukannya kepada seorangpun.” Seakan dia berkata: “Aku menyepakatimu atas hal ini, maka pegangilah ia!”
Kedelapan: Menampakkan kecintaan Anas kepada Tsabit, karena Tsabit selalu menyertainya. Oleh karena itu engkau dapati Tsabit banyak meriwayatkan dari Anas. Oleh karena ini, Anas berkata kepadanya: “Kalau aku memberitahukan kepada seseorang tentang rahasia itu, sungguh aku akan mengabarimu.” Ini menunjukkan kecintaan antara Anas dan muridnya Tsabit.

Demikian juga sepantasnya kecintaan itu ada antara para murid dengan pengajar mereka secara timbal balik. Karena jika tidak ada kecintaan antara murid dan guru, maka murid tidak akan menerima apa yang dikatakan pengajarnya. Demikian juga pengajar tidak semangat mengajari muridnya dan tidak banyak perhatian dengannya. Jika ada kecintaan antara mereka secara timbal balik, maka akan diperoleh dengan hal ini kebaikan yang banyak.
PUSKOMDA NUSRA. Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Pages

Theme Support