Selasa, 28 April 2015

Jalan Pemuda

JALAN PEMUDA


”Alhamdulillah…, setelah lelah kucari dan kutelusuri, akhirnya ku-menemukanmu. Ternyata benar dugaanku, di sinilah tempat yang selama ini kucari-cari. Setelah menempuh jalan yang begitu panjang, menyeberangi lautan, melintasi pulau, hingga melewati segala hal yang menghalangi perjalananku, akhirnya aku bisa juga tiba di sini. Tempat yang begitu damai, daerah indah nan permai, wilayah yang terhampar luas dan masih asing bagiku namun aku merasa telah mengenalinya.”
”Mari Mas, saya bawakan barang-barangnya! Ayo Mas naik ojek saya saja!” terdengar suara-suara seperti itu dari arah depan ketika aku turun dari bus dan membuyarkan perhatianku. Lalu tiba-tiba, aku merasakan ada sesuatu yang aneh di belakangku. Aku merasa ada yang mencoba mengikutiku setelah turun dari bus tadi. Tak lama kemudian . . . .
”Yazid, cepat ke sini!” Terdengar suara panggilan dari belakang dan sedikit mengejutkanku.
”Di sini, di sebelah Timur kamu!”
”Oh ya, saya akan ke sana Paman.” sahutku kepada Pamanku yang ternyata sudah menunggu kedatanganku sejak tadi di terminal.
”Bagaimana perjalanannya Zid, capek ga?”
”Alhamdulillah cukup menyenangkan meskipun cukup lelah juga di dalam bus dan kapal seharian.”
*          *          *
Namaku Yazid, aku datang dari sebuah kota di sebuah pulau yang paling banyak populasi penduduknya. Konon katanya, kotaku merupakan kota metropolitan terbesar di negara ini, yang sedang berkembang menuju kota megapolitan. Wilayah yang padat dan penuh dengan tipu daya dunia, namun mempesonakan bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Hari ini, aku mendatangi suatu tempat yang sangat jauh dari keluargaku. Rumah, orang tua, dan ketiga saudaraku kutinggalkan demi memenuhi hasratku. Mencari apa arti keberadaan diriku yang tiada sempurna di hadapanNYA. Bekalku hanyalah sebuah tekad, yang tak akan habis walau waktu terus berlalu.
Di hari yang hampir selesai, diriku telah tiba di suatu tempat yang akan kuhuni untuk sementara waktu. Mengingatkanku akan hidupku yang hanya sementara di dunia yang fana ini dan pasti akan kutinggalkan bila telah tiba saatnya. Tempat yang akan kudiami ini adalah wilayah yang baru bagiku, daerah yang masih tampak asing untukku. Namun, aku bisa merasakan bahwa daerah ini begitu tenang, aman, dan nyaman. Diriku merasakan sesuatu yang tak bisa kumengerti, bagaikan suatu yang semu yang selama ini kucari.
*          *          *
”Ya… lumayan capek, tapi bisa terhibur juga karena bisa lihat pemandangan laut waktu di kapal tadi, jadinya ga begitu terasa perjalanannya. O iya, si Fadli mana, Bulik?” aku berkata kepada bibiku, Zainab.
”Sedang main sama temannya tadi, Zid. ga tau ke mana dia sekarang.” Jawabnya.
”Di mana rumahnya Bulik Fatimah?” tanyaku sambil membawa masuk barang-barang bawaanku ke dalam rumah bibi Zainab.
”Itu yang di depan, di pinggir jalan pas sebelah Selatan anak sungai.” sahut bibiku.
”O.. yang itu ya…, apa Bulik Fatimah sudah tahu kalau saya sudah sampai di sini?”
”Ya sudah pasti, tadi ’kan saya telpon kamu pakai telponnya dia. Sebenarnya kamu sudah ditunggu kedatangannya dari kemarin, tapi kamu baru datangnya sekarang. Bahkan, kamu sudah disiapkan kamar untuk istirahat dan tinggal di sana.”
”Saya memang berniat jauh-jauh hari ingin cepat ke sini. Tapi, saya tidak ingin terburu-buru dan merepotkan Bulik juga. Jadi, lebih baik saya berangkat ke sini menjelang ujian saja, lagipula saya sempat mampir di Surabaya dulu sebelum menuju ke sini.”
”Ada apa di Surabaya Zid?”
”Ada Mas Iman yang sedang tugas beberapa bulan di sana.”
”Begitu ya… berapa lama kamu di sana?”
”Hanya sehari semalam, sekalian beli oleh-oleh untuk Bulik dan keluarga BulikFatimah juga. Ini buat Fadli juga ada, mas Iman yang belikan kemarin.”
”Wah, kamu ngerepotin diri aja, Zid.”
Ga apa-apa, alhamdulillah mas Iman ada rezeki lebih.”
*          *          *
Setelah sekian tahun aku tinggal di sini, belum juga kumengerti apa yang harus kucari di sini. Belum ada yang bisa kuberikan bagi perjalanan hidupku. Hari-hariku masih terasa hampa, yang ada hanyalah kesenangan semata. Tiada hal yang dapat kulakukan dan memberi manfaat, baik kepada diriku maupun orang lain. Hingga diriku teringat kembali apa tujuanku datang kemari, ke kota ini. . . .
”Zid, ikut yuk!” Ajak seorang temanku.
”Kemana?” sahutku.
”Ayo dah… ikut aja, pokoknya nanti kamu tahu sendiri!”
”Kemana sih, buat penasaran aja kamu…!”
Sejuk, rindang, dan angin semilir bertiup sepoi-sepoi menuju masjid. Ada halaman luas di pelatarannya tepat di sebelah selatan masjid, ada parkiran panjang di sebelahnya. Terdapat sebuah bangunan di sana, tepat beberapa meter setelah tangga pada pintu depan masjid dan di sebelah tempat wudlu. Setelah kulihat sekelilingnya, lalu mataku tertuju pada tulisan yang terpampang di sebuah papan pada bagian depan bangunan tersebut, di sana tertulis:Sekretariat Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Baabul Hikmah Universitas Mataram.
Kemudian aku pun masuk, di dalamnya terdapat 3 ruangan yang berukuran berbeda-beda. Ruang pertama sekitar 3×3 meter yang mungkin difungsikan untuk ruang kerja para pengurus lembaga ini, dan ruangan kedua yang luasnya sama dengan ruangan pertama yang sepertinya digunakan untuk tempat tinggal ta’mir masjid, kemudian ruangan ketiga yang luasnya kira-kira 4×8 meter yang disebut oleh temanku sebagai “ruang rapat” atau “aula LDK”. Katanya juga sebagai ruang serba guna tempat semua pertemuan, mulai dari rapat pengurus, pertemuan pekanan, menempel spanduk, tempat istirahat dari penatnya agenda-agenda LDK, tempat istirahat di waktu malam, bahkan tempat tamu menginap. Terkadang juga ditemukan kertas berserakan atau sisa makanan sehabis rapat sebelumnya, bahkan sepatu dan sandal yang menumpuk di sekitar pintu masuk.
”Mari kita buka syuro ini dengan melafadzkan al-Basmalah…” kata temanku yang mengajakku tadi dan memang se-angkatan denganku.
”Silahkan salah seorang ikhwan untuk tilawah,” lanjutnya sambil meminta salah seorang pemuda untuk membaca beberapa ayat suci al-Quran.
”Alhamdulillah, kita dapat berkumpul lagi dalam syuro hari ini. Sekarang kita akan membahas konsep acara untuk agenda besar kita pekan depan. Bagaimana, ada yang punya usulan? Tapi tunggu dulu sebentar, kita kedatangan saudara baru di sini, silahkan antum perkenalkan diri terlebih dahulu!” kata temanku yang kemudian memintaku untuk memperkenalkan diri dalam jamaah ini.
*          *          *
Jalan Pemuda Blok D alamatnya, nama lokasi yang sesuai untuk jiwa para pemuda khususnya mahasiswa/i yang tinggal dan berjuang di sini, di kampus ‘Seribu Cemara’. Tempat di mana semua agenda-agenda besar dimimpikan, di mana sekumpulan anak-anak muda memulai cita-cita, mencoba merealisasikan angan-angannya. Tempat untuk meluangkan sedikit dari waktu-waktu yang ada di sela-sela kuliahnya dan berusaha menjemput takdir-takdir besar dalam sejarah hidup para pemuda.
Biasanya ia ramai menjelang waktu Dzuhur ketika para kaum lelaki bersiap-siap mengambil air wudlu untuk menghadap Sang Khaliq, seusai menuntut ilmu di bangku-bangku kuliah, sesudah menambah kafa’ah ilmu dunia. Namun tempat ini akan lebih ramai lagi dengan syuro-syuro setelah Dzuhurnya, biasa disebut dengan sebutan syuro yang dalam istilah agama Islam atau artinya sama dengan rapat, ya begitulah karena ia juga nama salah satu dari nama sebuah surat di Al-Qur’an yg mulia.
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS.Asy-Syuura:38)
Bila agenda yang harus dibahas cukup mendesak, halaman rumput pun digunakan untuk “Syuting” (syuro penting). Yang terasakan justru itu lebih nyaman karena ditemani kicau burung, bunyi serangga pohon atau gugurnya dedaunan dan bunga-bunga kuning dari pohon-pohon di areal parkiran dan taman belakang masjid yang aku pun tak tahu nama pohon-pohon itu namun indah nian menambah wangi semerbak sekitar pelataran masjid. Membawaku akan gambaran surga yang tentu tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah tercium oleh hidung, tak pernah terdengar oleh telinga, bahkan tak pernah terbersit dalam pikiran manusia tentang indahnya jannah Sang Maha Pencipta, ALLAH ‘Azza wa Jalla.
”Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian sutera Halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah Balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).” (QS. Al Insan: 20-22)
*          *          *
“Baiklah Yazid, kami percayakan kepada antum untuk menjadi MC atau moderator dalam acara seminar besok, Insya ALLAH. Tolong laksanakan amanah ini dengan baik, semoga ALLAH SwT senantiasa melancarkan segala agenda dakwah kita, Amiin… .” ujar sang ketua panitia yang tidak lain adalah temanku yang dahulu telah mengajakku bergabung dalam jamaah ini, dan saat ini aku pun telah menjadi bagian di dalamnya.
Akhirnya, kutemukan kembali jalan hidupku di sini. Cita-citaku untuk meraih impian, memenuhi segala harapan, dengan tekad yang tak ’kan hilang ditelan zaman. Di sini, di Jalan Pemuda ini, nama tempat yang diisi oleh anak-anak muda yang sesuai dengan semangatnya, para mahasiswa di kampus seribu cemara, aku bisa mengabdikan diri di jalanNYA. Berkobar, menyala, dan membakar jiwa dengan optimisme kepemudaan yang meresonansi segala harapan dan impian-impian.
Kuharap cita-cita ini, merubah muka dunia, dunia di sekitar jalan Pemuda yang telah mengisi hari-hariku dalam perjalananku di sini. Akan terus berlanjut seiring masuknya para pemuda angkatan baru, yang akan mengisi bangunan yang menjadi pintu gerbang penuh hikmah, dan ikut pula meramaikan jalan ini. Dalam rangka mengisi dan memenuhi panggilan hati menuju medan perjuangan suci, dakwah yang tiada henti.
*          *          *


Catatan:
Bulik    : sebutan/panggilan bibi atau adik perempuan ayah/ibu dalam bahasa Jawa
Syuro   : rapat, pertemuan
Ikhwan: sebutan/panggilan saudara laki-laki dalam Islam
Antum : kamu, anda
*    *    *    *

BIODATA PENULIS
NAMA            : DWI NANTA PRIHARTO
ALAMAT       : JL. INDUSTRI GG. GILI AIR I NO. 4, LINGKUNGAN  TAMAN SARI, AMPENAN, MATARAM, NTB
NO. TELP./HP: 08175745043

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar

PUSKOMDA NUSRA. Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Pages

Theme Support